RESENSI NOVEL CAHAYA MATA LUETA


                      Misteri Belantara Kalimantan
Judul : Cahaya Mata Lueta
Penulis         : Ircham Machfoedz
Penerbit : Gita Nagari
Tahun Terbit: 2002
Jumlah hal. : 112
Novel ini menceritakan tentang kehidupan masyarakat Dayak di pedalaman Kalimantan. Mulai dari adat istiadat hingga misteri hutan Kalimantan juga misteri kisah cinta Amran Noor pemuda Jawa yang merupakan salah satu mahasiswa Antropologi Universitas Gadjah Mada bersama Lueta Dindi remaja puteri Dayak Bagok.
Amran Noor mendapatkan tugas untuk melakukan penelitian di hutan Kalimantan sebagai bahan skripsinya tentang adat istiadat salah satu suku bangsa di sana, ia pun datang ke kampung Bagok. Namun, ada masalah lain yang harus ia hadapi yaitu adanya para penebang asing yang telah merusak hutan akibatnya bukit-bukit gundul, maka banjir dan tanah longsor selalu mengancam setiap saat. Para penebang asing itu tidak hanya mengambil kayu kayu warga kampung tapi juga gadis gadis disana. Mereka menikahinya lalu meninggalkan pergi, atau biasa disebut kawin kontrak. Itulah yang menjadi kegelisahan warga kampung Bagok.
Amran Noor bertemu dengan Lueta Dindi saat Amran sedang menyusuri sungai diantara belantara lebat penuh misteri. Saat itulah tiba-tiba arus air beruabah sedikit deras dan membuat Amran kehilangan keseimbangan, tercebur ke air. Dengan sigap Lueta segera menolong Amran. Dengan adanya kejadian itu Amran dan Lueta pun saling mengenal lebih dekat. Tidak hanya dekat dengan Lueta tapi juga dengan keluarga Lueta. Amran pun diizinkan untuk tinggal dirumah Lueta.
Selama disana Lueta selalu membantu Amran, meceritakan kehidupan masyarakat Dayak. Lueta pun mengajak Amran pergi ke kampung seberang, kampung yang masih asli, yang masih memegang erat adat istiadat. Namun ditengah perjalanan saat melewati hutan kaki Amran terkena gigitan ular. Lueta pun segera menolongnya memberikan ranting kering untuk dikunyahnyadan menghisap bisa ular di kaki Amran. Lueta pun segera meminta pertolongan ke warga desa. Tak lama kemudian Amran telah sadar dari pingsannya, dan terbangun di sebuah rumah adat Dayak dengan dikerumuni banyak orang. Berkat Lueta dan Balian Amran merasa lebih baik. Baru juga Amran pulih, tiba tiba mereka mendengar suara hiruk pikuk diluar, ternyata kampung sebelah sedang dilanda banjir dan mereka bersiap berkemas untuk pergi dan menyelamatkan kampug yang lain. Amran dan Lueta harus bergegas pergi pula, mereka memutuskan untu pergi ke udik.
Perjalanan yang cukup jauh memang melintasi hutan lebat. Malam pun tiba, mereka akhirnya beristirahat disebauh gubuk dan akan melanjutkan perjalanan esok hari. Mereka saling bercengkrama dimalam yang sunyi. Esoknya ia meneruskan perjalanan, namun ditengah perjalanan mereka melihat para penebang kayu sedang menebangi pohon seluang beluang, salah satu pohon obat. Lueta mulai menangis melihat semuanya sedangakn Amran mencoba untuk berteriak menghentikan mereka namun usahanya sia-sia.
Satu bulan lebih Amran Noor tinggal di kampung Bagok. Pengalaman Amran sudah cukup banyak. Segalanya, tentang adat Dayak, tentang hutan-hutan yang terancam, lalu tentang Lueta. Akhirnya ia memutuskan untuk melamar Lueta setelah lulus nanti.
Hingga pada akhirnya lama tiada kabar dari Amran. Tiada satu surat pun yang diterima oleh Lueta seperti kemarin. Datanglah pemuda asing bernama Fernando yang sepertinya menyukai gadis cantik itu. Fernando sangat baik kepada warga kampung Bagok, pemuda kampung Bagok, tak terkecuali kepada keluarga Lueta. Sikapnya itulah yang telah membuat luluh keluarga Lueta juga Lueta. Amran yang hilang tanpa kabar membuat ragu keluarga Lueta. Lueta dan warga kampung Bagok telah begitu mempercayai Fernando, mereka menganggap Fernando tidak seperti orang asing lainnya. Akan tetapi ternyata kebaikan Fernando hanyalah tipuan semata. Dia sama seperti orang asing lainnya. Dialah yang telah melenyapkan surat-surat yang telah dikirim Amran untuk Lueta. Dia yang menyuap seorang lelaki agar berpura-pura hendak memperkosa Lueta dan kemudian menolongnya. Dia juga yang menyuruh orang-orangnya merusak gadis-gadis lalu berpura pura membela para korban. Dialah yang menginginkan Lueta. Maka celakalah Fernando dan orang-orang jahat yang telah menjahanami Lewi dan Luntesa telah dihukum Yang Maha Kuasa.
Sejak tanpa kabar Amran pun kembali ke kampung Bagok. Kedatangannya membuat warga kampung Bagok terkejut, apalagi Lueta. Amran pun mendengar apa yang telah terjadi di kampung Bagok, tentang Lueta, Fernando, dan para penebang jahat itu. Amran menepati janjinya kembali ke Kampung Bagok dan akan segera membawa orang tuanya untuk melamar Lueta. Amran dan Lueta pun mendapat ucspan selamat dari warga kampung Bagok.

Keunggulan Buku
Novel karya Ircham Machfoedz sangat menarik, karena menceritakan kehidupan masyarakat Dayak dari mulai adat istiadat hingga keramahan warganya. Tidak hanya itu novel ini juga menggambarkan keindahan hutan pedalaman kalimantan dengan keanekargaman flora dan faunanya.

Kelemahan Buku
Tidak banyak kelemahan dari novel ini, adanya bahasa daerah yang sulit dimengerti atau kosa kata yang terdengar asing ditelinga membuat pembaca sedikit terganggu.


http://uny.ac.id
http://library.uny.ac.id



Komentar

  1. Do you understand there's a 12 word phrase you can tell your partner... that will trigger intense feelings of love and instinctual attraction for you buried within his heart?

    Because deep inside these 12 words is a "secret signal" that triggers a man's instinct to love, treasure and protect you with all his heart...

    12 Words Who Fuel A Man's Desire Response

    This instinct is so built-in to a man's brain that it will drive him to try harder than ever before to take care of you.

    Matter-of-fact, fueling this mighty instinct is so important to achieving the best possible relationship with your man that the moment you send your man a "Secret Signal"...

    ...You will soon find him expose his heart and soul to you in a way he haven't experienced before and he will perceive you as the one and only woman in the world who has ever truly tempted him.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Novel "Kala"

Sajak